Pages

Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 Juni 2021

Inkscape Vector Graphics Editor

Overview

Inkscape is an open-source vector graphics editor similar to Adobe Illustrator, Corel Draw, Freehand, or Xara X. What sets Inkscape apart is its use of Scalable Vector Graphics (SVG), an open XML-based W3C standard, as the native format.
For Designers of all Kinds

The design process may begin by doodles on a napkin, a sketched mindmap, a photo of a memorable object, or a mockup in software which really wouldn't work to complete the project. Inkscape can take you from this stage to a final, professional-grade design format which is ready for publication on the web or in physical form.

If you are new to the process of creating vector graphics it may feel different, but you will quickly be pleased by the flexibility, and power Inkscape offers. Vector design is often the preferred method of image creation for logos, illustrations and art which require high scalability. The Inkscape application is used across a wide variety of industries (marketing/branding, engineering/CAD, web graphics, cartooning) and individual uses.

There are many learning resources available, take advantage of them!
Professional Publishing

All Inkscape projects may be exported in formats friendly to web browsers or commercial printer rooms. It is cross-platform, which means it is easy to run on Windows, Mac OS X, and Linux distributions. Visit the Download page to install or share this application now.
Free Community

Inkscape is free! By this, we mean it is free of cost, free to use and distribute, and open to peek into the source code. The Download page lists released builds as well as some developmental and source code links.

The software development of Inkscape adheres to opensource standards, and is intended to provide the user community with a solid, usable product. The process is an open, community-oriented development which focuses on a small core and extensibility. The historic baseline is the Sodipodi Hydra codebase.

Rabu, 19 Maret 2014

Lyric Qin Ren 親人- Della Ding Dang, OST Autumn's Concerto

bie da kai li wu de duan dai
別打開 禮物的緞帶
Jangan membuka pita kado
zui chu chong man qi dai zui hou dou fu bai
最初充滿期待 最後都腐敗
awalnya penuh harapan pada akhirnya semua hancur 
bie da kai wu ye de dian tai
別打開 午夜的電臺
jangan buka siaran radio tengah malam 
bie rang qing ge fan fu zai yu nong
別讓情歌反覆再愚弄
jangan biarkan lagu cinta berulang kali membodohi lagi
er ai bing mei you jiao gei wo sheng cun
而愛 並沒有教給我生存
cinta sama sekali tidak mengajari aku bertahan/eksis
zhi jiao wo jiao yi xu rong gei tian zhen
只教我交易虛榮給天
hanya mengajari aku menukar kepolosan dengan kebanggaan semu 
ke shi ai rang wo men bian cheng mo sheng ren
可是愛 讓我們變成陌生人
malah cinta membuat kita menjadi orang yang asing
que bian bu liao gen gao shang de ling hun
卻變不了更高尚的靈魂
tak bisa berubah jadi jiwa yang lebih mulia
bu yao wen wo zhi yao bao zhe wo
不要吻我 只要抱著我
jangan cium aku, peluk saja aku
bu yao ai wo zuo wo de qing ren
不要愛我 做我的親人
jangan mencintaiku, jadilah keluarga ku
ba shou jie wo yi tian yi fen zhong
把手借我 一天一分鐘
pinjamkan tangan padaku, satu menit tiap hari
zuo wo zui qing mi de qing ren
做我最親密的親人
jadilah keluargaku yang paling dekat
bu shi shei de qing ren shei de mou mou mou
不是誰的情人 誰的某某某
bukan jadi kekasihnya seseorang, seseorang bagi yang lain.
jiu shuan wo quan shen shi tou tou
就算我 全身濕透透
kalaupun badanku terendam semua
wo ye bu zai bei shei jian zhe bi zi zou
我也不再被誰 牽著鼻子走
aku tak akan lagi diarahkan orang lain seperti dicucuk hidungnya
ru guo wo hai wo zhu quan tou
如果我 還握住拳頭
kalau aku masih mengepalkan tangan
ke neng wo pa wo de meng fei zou
可能我怕我的夢飛走
mungkin aku takut mimpiku terbang pergi
er ai bing bu ru ni xiang de wan neng
而愛 並不如你想的萬能
cinta, sama sekali tak sehebat yang kau pikir
bu neng rang wo men bu zai zhan zheng
不能讓我們不再戰爭
tak bisa membuat kita tak berperang lagi
ke shi ai lian ci bei ye mei duo ci bei
可是愛 連慈悲也沒多慈悲
tapi cinta, tidaklah berbelas kasih
shei ai yue shen yue rong yi be xi sheng
誰愛越深越容易被犧牲
siapa yang lebih dalam mencintai makin mudah jadi korban
bu yao wen wo zhi yao bao zhe wo
不要吻我 只要抱著我
jangan cium aku, peluk saja aku
bu yao ai wo zuo wo de qing ren
不要愛我 做我的親人
jangan mencintaiku, jadilah keluargaku
ba shou jie wo yi tian yi fen zhong
把手借我 一天一分鐘
pinjamkan tangan padaku, satu menit tiap hari
rang wo hai gan zuo wo de meng
讓我還敢做我的夢
biarkan aku masih berani bermimpi
zuo wo meng zhong wei da de wei xiao de ying xiong 
做我夢中偉大的微笑的英雄 
jadilah pahlawan tersenyum yang agung dalam mimpiku


Kamis, 13 Desember 2012

ALASAN KENAPA AKU TIDAK SHOLAT?

Agama tidak hanya mengajarkan percaya pada tuhan saja. Di dalamnya ada tuntunan dan aturan-aturan yang harus dipatuhi. Ada kewajiban yang harus dijalankan, baik itu kewajiban kepada sesama manusia maupun kewajiban kepada tuhan. Standart pribadiku kewajiban untuk berbuat baik kepada sesama manusia bisa hanya sebatas tidak merugikan orang lain. Tidak mengganggu orang lain dan tidak mengambil alih hak-hak orang lain. Dan lagi kita bisa berimprovisasi sendiri meningkatkan nilai diri lewat membantu orang lain.

Shalat adalah salah satu ibadah yang paling diwajibkan oleh tuhan.

Waktu usiaku 7 tahun, aku merasa tidak berkewajiban untuk menunaikan ibadah shalat. Karena dulu, aku percaya kalau katanya dosa anak yang belum baligh (dewasa) itu ditanggung oleh orang tua. Pasalnya, orang tua lah yang berkewajiban mendidik anaknya. Ya, sesekali aku shalat karena cinta pada orang tua. Takut kalau mereka harus masuk neraka karena aku tidak shalat. Padahal hakikatnya kalimat “dosa ditanggung oleh orang tua” itu adalah agar anak jadi rajin beribadah, karena biasanya anak-anak akan mencintai orang tuanya dan tidak mau kalau orang tuanya masuk neraka.

Menginjak usia 13 tahun, aku juga belum shalat. Lah, kan aku belum baligh. Jadi belum menanggung dosa sendiri. Masih ada orang tua yang bisa dijadikan tameng dari dosa-dosa. Lagipula di usia itu adalah saat yang paling enak untuk bermain dengan teman sebaya. Bermain sepak bola, kejar-kejaran.

Di usia 17 tahun, aku tahu aku sudah menanggung dosa sendiri. Karena sudah baligh, sudah mimpi “naik ke bulan”. Sebuah istilah yang aku tidak tahu apa artinya. Tapi aku baru “naik ke bulan” selama dua tahun. Jadi dosaku masih dua tahun, masih sedikit. Jadi, umur 20 tahun nanti lah aku akan mengganti shalat yang tertinggal itu.

Di usia 20 tahun, aku mulai mempertanyakan agamaku. Aku sudah masuk kuliah dan harus kritis. Jadi aku bertanya tentang tuhan, tentang kitab suci, tentang nabi dan tentang kebenaran dari semuanya. Aku tidak mungkin shalat dalam keadaan labil. Aku harus menemukan jati diriku.

Di usia 24 tahun, aku selesai kuliah. Agamaku telah mulai kuyakini. Tapi kini aku tengah sibuk mencari kerja. Jadi aku sibuk kesana kemari. Mencari lowongan, menyiapkan berkas lamaran. Dan itu melelahkan sekali. Aku tidak memiliki waktu untuk shalat. Shalat sih sebentar saja, tapi kadang terlalu sering menginterupsi.

Di usia 25 tahun. Aku belum mendapat kerja. Aku menggugat tuhan. Aku telah berusaha, tapi aku tidak mendapatkan. Aku jadi tidak mau shalat.

Di usia 27 tahun. Aku sudah bekerja di sebuah perusahaan ternama. Posisiku juga lumayan. Tapi, sibuknya bukan main. Sebentar-sebentar HP berdering. Lagi pula aku tengah pedekate dengan seorang gadis pujaan. Dengan seabrek kesibukan itu, mana sempat aku shalat.

Usiaku beranjak 30 ketika anak pertamaku lahir. Duh senangnya, karirku juga makin mapan. Namun, kesibukan makin merajai. Aku harus mengejar setiap kesempatan untuk masa depan keluargaku. Pertumbuhan anakku juga menyita perhatian yang besar, aku juga harus menyekolahkan anakku ke sekolah umum dan agama agar kelak ia berguna bagi bangsa dan agamanya.

Di usia 35, anak keduaku lahir. Dia wanita, cantik sekali. Bahkan sering aku memandikan dan menggantikan popoknya. Hidupku serasa lengkap sekali. Tapi, biaya hidup makin meningkat. Orang tuaku juga sudah mulai sakit-sakitan dan butuh biaya berobat. Aku harus makin rajin bekerja untuk menafkahi mereka. Sholat masih bisa kumulai di usia 40 nanti, pikirku.

Di usia 40, entah kenapa anakku tak seperti yang kuharapkan. Aku tak menyangka mereka bisa senakal itu. Bahkan anak pertamaku pernah tertangkap karena menghisap daun ganja. Daun surga katanya. Aku tak bisa konsentrasi untuk shalat. Ada saja yang membuat aku tak pernah melakukan ibadah utama itu.

45 tahun kujalani. Aku semakin lemah, tak sekuat dulu. Batuk sesekali mengeluarkan darah. Istriku mulai rajin berdandan, sayangnya dia berdandan saat keluar rumah saja. Di rumah, wajahnya tak pernah dipupur bedak sedikitpun. Aku merutuk, dosa apa yang telah aku lakukan hingga hidupku jadi begini?

Usiaku menginjak 55, aku berpikir kalau usia 60 nanti adalah waktu yang tepat untuk memulai shalat. Saat aku sudah pensiun dan aku akan tinggal di rumah saja. Saat itu adalah saat yang tepat sekali untuk menghabiskan hari tua dan beribadah sepenuhnya kepada tuhan.

Tapi aku sudah lupa bagaimana cara shalat. Aku lupa bacaannya. Aduh, aku harus mendatangkan seorang ustadz ke rumah seminggu 3 kali. Tapi aku tak kuat lagi untuk mengingat. Ingatanku tak setajam ketika dulu aku kerap juara lomba di kampus atau sekolah. Atau ketika manajer perusahaan salut pada tingkat kecerdasanku. Kali ini semua telah pudar. Jadi, apa yang diajarkan ustadz itu sering membal dari telingaku. Lagipula, badanku sudah tak begitu kuat untuk duduk lama-lama.

Kalau tidak salah, kali itu usiaku 59 tahun ketika istriku minta cerai. Alasannya tak lagi jelas kuingat, salah satunya katanya karena lututku tak kencang lagi bergoyang. Lucu ya? Entah kenapa juga dulu aku menikahinya, umurnya 20 tahun lebih muda dariku. Dia memang istri keduaku. Istri pertamaku dulu hilang, dibawa sahabatku.

Tak sampai usiaku 60, aku masih berusaha untuk shalat. Tapi serangan jantung membuat rumah mewahku ramai. Mereka terlihat menangis. Bahkan anak pertamaku yang membangkrutkan satu perusahaan keluargaku terlihat begitu tertekan. Ada kata yang sepertinya ingin dia ucap.

Terakhir aku akhirnya bisa shalat juga, sayangnya aku tidak shalat dengan gerakku sendiri. Aku hanya terbaring atau terbujur tepatnya. Dan orang-orang menyalatkanku.
Sumber: Betapa Kecilnya Kita di Hadapan Allah